Tuesday, 10 December 2013

Kesaksian Mahasiswa ITN atas Kekerasan Panitia Ospek

MALANG, KOMPAS.com — Setelah ramai diberitakan banyak media dan beredarnya foto-foto proses pelaksanaan Orientasi Kemah Bakti Desa di kawasan Goa Cina, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Malang, Jawa Timur, yang digelar Jurusan Planologi, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, pihak saksi yang juga teman korban Fikri Dolasmantya Surya akhirnya membuka mulut ke media.

Kesaksian Mahasiswa ITN atas Kekerasan Panitia Ospek
Kesaksian Mahasiswa ITN atas Kekerasan Panitia Ospek
Namun, demi keamanan dan keselamatan, seorang saksi yang juga mengikuti Ospek ITN bersama Fikri itu meminta untuk tidak diambil gambar dan ditulis nama lengkap di media. Mahasiswa berinisial J itu, Selasa (10/12/2013), menceritakan, hingga kini ia dan teman-teman seangkatannya masih ingat perlakuan kasar oleh para seniornya yang menjadi panitia.

"Peserta diinjak-injak saat disuruh push-up. Lalu dipukul pakai sandal dan benda lainnya yang dipegang panitia. Ada teman lainnya yang disuruh berhubungan layaknya suami sitri," katanya. 

Namun, kata J, permintaan hubungan suami istri itu bukan dilakukan antara laki dan perempuan. "Tetapi, antara sesama laki-laki. Bukan perempuan dan laki-laki," akunya.

Aksi brutal lainnya yang dilakukan panitia Ospek ITN, lanjut J, adalah adanya beberapa mahasiswi yang disiram air bawang hingga mata mereka melepuh. "Juga disuruh minum air laut sebanyak-banyaknya hingga kembung. Kita juga disuruh tangan menyentuh tanah hingga berwarna hitam. Jika sudah hitam, baru boleh makan nasi yang disiapkan," kisah J.

Jika tangan semua peserta Ospek belum terlihat hitam, kata J, peserta disuruh merebah ke tanah. Lalu tangan mereka diinjak-diinjak oleh panitia hingga hitam. "(Setelah itu) baru boleh makan nasi," katanya.

Perlakuan tidak wajar lainnya, kata J, setelah selesai makan nasi, peserta disuruh minum air mineral 1 hingga 2 botol saja untuk satu angkatan. "Demikian itu yang saya alami dan juga dialami oleh almarhum Fikri," katanya.

Soal kematian Fikri itu, J dan ratusan mahasiswa baru lainnya baru tahu setelah berada di kampus ITN. "Saat di lapangan, teman-teman memang tidak mengetahui secara pasti kejadian meninggalnya Fikri. Karena saya dan teman-teman berbeda di kelompok," katanya.

Namun demikian, kata J, saat kejadian, peserta Ospek lainnya hanya mendengar suara teriakan Fikri ketika mengalami kesakitan akibat dipukuli panitia. "Teman-teman hanya bisa mendengar teriakan kesakitannya Fikri. Karena posisi teman-teman saat itu membelakangi Fikri," katanya.

J menduga Fikri disiksa saat dirinya mengatakan siap melindungi peserta lainnya yang mendapatkan kekerasan dari panitia. "Fikri bilang siap melindungi teman-teman semua dari perlakuan para fendem (panitia/keamanan Ospek). Mungkin akibat pernyataan itu Fikri mengalami kekerasan yang berlebihan dari para fendem itu," kata J.

Menurutnya, kegiatan Ospek itu sudah mendapatkan izin dari pihak kampus ITN. Namun, pihak kampus tidak mengetahui Ospek itu jadi ajang kekerasan para senior.

"Para dosen memang memantau ke lokasi. Tapi hanya datang saat siang hari hingga sore hari. Malam harinya sudah tidak ada para dosen yang mengawasinya. Para mahasiswa baru tidak berani melaporkan kekerasan itu pada para dosen," katanya.


Sumber: http://regional.kompas.com/read/2013/12/10/1808196/kesaksian.mahasiswa.itn.atas.kekerasan.panitia.ospek.

Monday, 9 December 2013

Wakil Rektor ITN Malang Akui Ada Kekerasan Seksual saat Ospek

TRIBUNNEWS.COM – Pihak Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jawa Timur, mengakui bahwa dalam ospek yang diikuti mahasiswa baru (maba) telah terjadi kekerasan seksual. Hal itu terlihat dari beberapa foto yang beredar di media sosial dan pengakuan para saksi.
"Kalau dilihat dari foto-foto yang beredar di media sosial, dan pengakuan para saksi, memang ada kekerasan mengarah seksual saat ospek berlangsung. Tapi yang banyak tahu pihak jurusan, yang bersentuhan langsung dengan kegiatan itu," kata Wakil Rektor I Wayan Mundra ditemui wartawan seusai menemui para pedemo di depan pintu masuk ITN, Senin (9/12/2013).
Wakil Rektor ITN Malang Akui Ada Kekerasan Seksual saat Ospek
Wakil Rektor ITN Malang
Akui Ada Kekerasan Seksual
saat Ospek
Namun Wayan mengaku, pihaknya hingga kini masih belum melihat secara jelas semua foto yang beredar di media sosial. "Tapi, kita sudah menjatuhkan sanksi kepada puluhan mahasiswa yang jadi panitia ospek," katanya.
Sanksinya bermacam-macam, kata Wayan. Ada yang dikeluarkan, ada yang dihapus mata kuliah, atau harus mengulangi mata kuliah lagi. "Pihak jurusan yang lebih banyak tahu. Sekarang kami baru tahu lebih detail jenis kegiatannya," kilahnya.
Kegiatan seperti itu, katanya, ditangani langsung oleh pihak jurusan Planologi. Pihak jurusan yang bertanggung jawab. "Yang jelas, jika ada pemberian minum satu botol untuk 114 orang itu sangat tidak wajar," tegasnya.
Sebenarnya, ospek tersebut digelar setelah pasca-kehidupan kampus. "Tujuan utamanya ialah agar mahasiswa paham betul jurusan yang ditempuhnya. Tidak ada perpeloncoan dalam ospek. Kita tegas melarangnya," kata Wayan.
Pihak jurusan, ujar Wayan, sudah memberi izin soal lokasi ospek, yakni di Goa China, Sumbermajing Wetan, Kabupaten Malang, sementara rektorat yang mengikuti jurusan. "Tanda tangan izin lokasi ditandatangani oleh pihak jurusan dan dekan," ungkap Wayan.


Sumber: http://www.tribunnews.com/regional/2013/12/09/wakil-rektor-itn-malang-akui-ada-kekerasan-seksual-saat-ospek