Saturday, 31 May 2014

Tawuran antar Mahasiswa di Kota Malang

MALANG - Wali Kota Malang H. M Anton mendesak agar pihak Perguruan Tinggi (PT) ikut bertanggung jawab atas tawuran mahasiswa. Terutama PT yang mahasiswa terlibat dalam aksi baku hantam di sejumlah tempat. Hal ini ditegaskan Abah Anton diminta tanggapannya atas kasus tersebut, kemarin. 
Dalam kurun waktu sepekan terkahir, bentrok antar mahasiswa di Kota Malang terjadi sebanyak dua kali. Bentrok pertama melibatkan mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) yang berasal dari Kalimantan dan Sumba. Kemudian disusul bentrok mahasiswa Universitas Tribuana Tungga Dewi (Unitri) di kawasan Tlogomas. Bentrok yang menyebabkan sejumlah mahasiswa mengalami luka tersebut melibatkan mahasiswa asal Sumba dan Ambon.
Abah Anton menganggap bahwa pihak perguruan tinggi yang terlibat harus bertanggung jawab sampai permasalahan ini tuntas. ”Rektor harus bertanggung jawab. Jangan hanya menjadikan perguruan tinggi sebagai sisi bisnis. Tapi kalau ada permasalahan yang seperti ini ya mereka harus bertanggung jawab,” tegas suami dari Hj. Farida Dewi Suryani tersebut.
Pernyataan dari Abah Anton juga mendapatkan respon dari Polres Malang Kota. Buktinya, Polres telah melayangkan undangan kepada forum Rektor. Hal itu ditegaskan oleh Kasubbag Humas Polres Malang Kota, AKP Dwiko Gunawan, kemarin. Pihaknya telah mengirimkan undangan terkait forum tersebut.
”Surat undangan sudah kami kirim. Kami undang Rektor beberapa perguruan tinggi, tokoh Arema, RT/RW, Pemkot, Dandim, Ketua PN, Kajari, dan Ketua FKAUB,” jelas Dwiko.
Menurutnya, penyelesaian konflik tersebut harus melibatkan banyak pihak. Ia menilai bahwa yang bertanggung jawab atas kondusifitas Kota Malang bukan hanya pihak keamanan, tapi semua pihak yang berkaitan dengan Kota Malang.
Polisi sendiri juga bergerak cepat dalam menangani pemukulan terhadap Melvianus Katoda, 20 tahun, warga Buka Biro, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya. Setelah melakukan pemeriksaan terhadap 11 saksi, Satreskrim Polres Malang Kota kini melakukan perburuan terhadap pelakunya.
“Sudah diidentifikasi, ada satu pelaku yang masih diburu anggota,” kata Kasatreskrim Polres Malang Kota, AKP Adam Purbantoro SIK didampingi Kasubbag Humas Polres Malang Kota, AKP Dwiko Gunawan SH, kemarin.
Menurut dia, hanya satu pelaku ini yang diketahui melakukan pemukulan, meskipun korban mengatakan dia juga diancam dengan senjata tajam oleh 20 kelompok asal Ambon yang mendatanginya. “Korban sendiri tidak tahu apa motif pemukulan itu. Dalam pemeriksaan, korban mengaku langsung menyelamatkan diri setelah dipukul teman kampusnya. Selain itu, dia juga ketakutan saat melihat banyak senjata tajam yang dibawa,” papar perwira pindahan dari Polda Maluku Utara itu.
Mantan Kasatreskrim Polres Halmahera Selatan ini mengaku masih menelusuri pengakuan adanya senjata tajam tersebut. Sesaat setelah peristiwa itu, dikatakan dia, anggota Polres Malang Kota langsung melakukan razia di TKP keributan. “Sudah kita lakukan razia tapi tidak ditemukan senjata tajam yang dimaksud,” lanjut Adam, panggilannya. Disinggung apakah pemukulan itu, terkait dengan bentrokan antara mahasiswa Sumba dan Ambon yang selama ini terjadi di sekitar kampus Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) dan Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri), dia belum bisa memastikan.
“Kelihatannya tidak ada rangkaiannya. Namun tergantung nanti kalau pelaku sudah tertangkap,” tegasnya.  Seperti diberitakan sebelumnya, bentrokan antara mahasiswa asal Ambon dan Sumba meluas. Rabu (28/5) malam, Melvianus dan temannya seusai keluar dari kampusnya, Universitas Wisnuwardhana Malang, bertemu sekitar 20 kelompok pemuda Ambon. Dia langsung dipukul hingga mengalami luka memar di wajahnya. Sebelum peristiwa tersebut, 20 anak Ambon ini diketahui bergerombol di sekitar makam Ki Ageng Gribig. 
Sementara itu, Civitas akademika Universitas Tribhuana Tungga Dewi (Unitri) Malang kemarin (30/5) mendatangi Polres Malang Kota. Sejumlah orang yang terdiri dari perwakilan Organisasi Mahasiswa Daerah (Orda) dan  Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) Unitri, Aldon Sinaga yang mewakili pihak kampus.
Mereka datang untuk menyampaikan surat pernyataan kepada Polres Malang Kota dan awak media mengenai tawuran yang terjadi di Tlogomas beberapa waktu lalu. Menurut Ketua Orda Sumba Unitri, Alvian Tenabolo, konflik yang terjadi bukanlah konflik antar suku. "Kami ingin mengklarifikasi bahwa di kampus, antara Orda Sumba dan Orda Maluku tidak ada konflik," paparnya.
Ia menjelaskan bahwa konflik yang terjadi sebenarnya karena konflik individu. "Ada dua individu yang bertikai, lalu mengajak teman dalam jumlah banyak dan dipandang konflik antar suku padahal tidak," tegas Alvian.
Terpisah, Ketua Orda Maluku Unitri, Hendra Tutuarima senada dengan Alvian. Ia menambahkan bahwa antara Orda Maluku dan Orda Sumba Unitri telah melakukan koordinasi dan membuat kesepakatan agar konflik tidak meluas.
"Antara mahasiswa asal daerah Sumba dan Maluku tidak ada konflik kelompok. Kita dari Orda Maluku dan Sumba mendukung secara aktif upaya penyelesaian hukum oknum yang terlibat," kata Hendra. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya turut bertanggung jawab terhadap upaya pemulihan keamanan di Kota Malang.
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan permintaan maaf atas insiden yang terjadi di Tlogomas. "Kami menyampaikan permintaan maaf kepada Pemkot Malang, kepolisian, masyarakat dan seluruh pihak yang dirugikan," urainya.
Sementara itu, Kepala BAAK Unitri, Aldon Sinaga menuturkan bahwa pihak kampus langsung mengambil tindakan proaktif setelah terjadi insiden beberapa waktu lalu. ”Kemahasiswaan kami mendampingi Polres agar jangan sampai salah mengambil tindakan. Sehari setelah kejadian itu kita kumpulkan Orda. Kita telusuri, ternyata ini masalah pribadi,” ungkapnya.
Terkait proses hukum yang menimpa mahasiswanya, Aldon Sinaga menegaskan bahwa sesuai dengan arahan Rektor Unitri, Prof Dr. Wani Hadi Utomo, sepenuhnya mendukung upaya kepolisian untuk melakukan proses hukum. Jika mahasiswa yang bersangkutan nantinya terbukti bersalah, maka pihak kampus tak segan-segan memberi sanksi DO kepada mahasiswa tersebut. ”Begitu juga apabila ada mahasiswa yang memperpanjang konflik, akan kita DO,” ucapnya.(rul/mar)


Sumber: http://www.malang-post.com/kriminal dan http://beritajatim.com/peristiwa/208449/tawuran_mahasiswa_marak_malang,_walikota_prihatin.html#.U4maiGKSw_o.

Thursday, 29 May 2014

Bentrok Dua Kelompok Mahasiswa di Malang

Keributan antarmahasiswa dari dua etnis berbeda terjadi di Malang. Mereka terlibat konflik dengan mahasiswa yang juga berasal dari daerah luar Jawa. 
Kejadian terjadi di Universitas Kanjuruhan Malang. Namun kedua pihak saling bermusuhan pada Senin (26/5/2014) di Jalan Tologomas. Ketegangan tersebut terus berlanjut hingga Rabu (28/5/2014) malam di Jalan Wisnuwardhana dan Jalan Tologomas.

Kini permusuhan antara kelompok mahasiswa dua etnis tertentu tersebut terus meluas. Seorang mahasiswa dikabarkan dikeroyok di Jalan Wisnuwardhana, Kedungkandang, Kota Malang, Rabu (28/5/2014) malam.

Menurut penuturan Kasubag Humas Polres Malang Kota, AKP Dwiko Gunawan, sekitar pukul 20.00 WIB korban MK melintas di lokasi kejadian. Saat itu MK baru beribadah di gereja. Saat itu MK berpapasan dengan beberapa orang sesama teman kuliahnya.
“Saat itu pelaku sempat menyapa korban dan dijawab baik-baik. Namun pelaku kemudian menyerang korban,” ujar Dwiko, Kamis (29/5/2014).
Beberapa pelaku melayangkan pukulan ke arah MK. Tak bisa menghindar, pukulan tersebut mengenai telinga MK. Mereka kalah, MK lari menyelamatkan diri. Di saat bersamaan melintas patroli polisi. MK diantar ke Polres Malang Kota untuk membuat laporan.
“Sebelumnya ada sejumlah mahasiwa asal Ambon, nongkrong di Makam Ki Ageng Gribig. Mereka sempat dihalau warga, karena khawatir terjadi bentrokan,” kata Dwiko.
Polisi kemudian melakukan pengejaran di sekitar lokasi kejadian. Hasilnya 11 mahasiswa ditangkap dan diperiksa di Mapolres Malang Kota. Hingga kini proses hukum untuk mereka masih berlangsung.

Lebih jauh Dwiko menegaskan, proses hukum akan ditegakan. Sebab ulah para mahasiswa sudah menimbulkan korban. Selain itu, ulah mereka juga dianggap menimbulkan keresahan masyarakat sekitar.

Karena itu, Dwiko berharap masyarakat segera menghubungi polisi jika ada gelagat negatif dari kelompok mahasiswa ini. Dua kubu mahasiswa diharapkan menyelesaikan setiap masalah dengan menjunjung pepatah “Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”.
“Monggo, warga Malang punya adat istiadat penuh damai dan toleran. Sebagai pendatang sesuaikan budaya kita dengan budaya setempat,” katanya.
Sementara ketegangan dua kelompok di kawasan Jalan Tlogomas masih berlanjut. Rabu malam kedua kelompok masih terlihat bergerombol. Sebagai langkah antisipasi, polisi melakuka razia senjata tajam.

Razia bahkan sampai memeriksa ke dalam rumah kos yang digunakan mahasiswa dari kedua kelompok. Namun tidak ditemukan senjata tajam. Polisi hanya melakukan pendataan.


Sumber: TRIBUNNEWS.COM, MALANG (http://www.tribunnews.com/regional/2014/05/29/bentrok-dua-kelompok-mahasiswa-etnis-tertentu-pecah-di-malang-suasana-mencekam)

Tuesday, 10 December 2013

Kesaksian Mahasiswa ITN atas Kekerasan Panitia Ospek

MALANG, KOMPAS.com — Setelah ramai diberitakan banyak media dan beredarnya foto-foto proses pelaksanaan Orientasi Kemah Bakti Desa di kawasan Goa Cina, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Malang, Jawa Timur, yang digelar Jurusan Planologi, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, pihak saksi yang juga teman korban Fikri Dolasmantya Surya akhirnya membuka mulut ke media.

Kesaksian Mahasiswa ITN atas Kekerasan Panitia Ospek
Kesaksian Mahasiswa ITN atas Kekerasan Panitia Ospek
Namun, demi keamanan dan keselamatan, seorang saksi yang juga mengikuti Ospek ITN bersama Fikri itu meminta untuk tidak diambil gambar dan ditulis nama lengkap di media. Mahasiswa berinisial J itu, Selasa (10/12/2013), menceritakan, hingga kini ia dan teman-teman seangkatannya masih ingat perlakuan kasar oleh para seniornya yang menjadi panitia.

"Peserta diinjak-injak saat disuruh push-up. Lalu dipukul pakai sandal dan benda lainnya yang dipegang panitia. Ada teman lainnya yang disuruh berhubungan layaknya suami sitri," katanya. 

Namun, kata J, permintaan hubungan suami istri itu bukan dilakukan antara laki dan perempuan. "Tetapi, antara sesama laki-laki. Bukan perempuan dan laki-laki," akunya.

Aksi brutal lainnya yang dilakukan panitia Ospek ITN, lanjut J, adalah adanya beberapa mahasiswi yang disiram air bawang hingga mata mereka melepuh. "Juga disuruh minum air laut sebanyak-banyaknya hingga kembung. Kita juga disuruh tangan menyentuh tanah hingga berwarna hitam. Jika sudah hitam, baru boleh makan nasi yang disiapkan," kisah J.

Jika tangan semua peserta Ospek belum terlihat hitam, kata J, peserta disuruh merebah ke tanah. Lalu tangan mereka diinjak-diinjak oleh panitia hingga hitam. "(Setelah itu) baru boleh makan nasi," katanya.

Perlakuan tidak wajar lainnya, kata J, setelah selesai makan nasi, peserta disuruh minum air mineral 1 hingga 2 botol saja untuk satu angkatan. "Demikian itu yang saya alami dan juga dialami oleh almarhum Fikri," katanya.

Soal kematian Fikri itu, J dan ratusan mahasiswa baru lainnya baru tahu setelah berada di kampus ITN. "Saat di lapangan, teman-teman memang tidak mengetahui secara pasti kejadian meninggalnya Fikri. Karena saya dan teman-teman berbeda di kelompok," katanya.

Namun demikian, kata J, saat kejadian, peserta Ospek lainnya hanya mendengar suara teriakan Fikri ketika mengalami kesakitan akibat dipukuli panitia. "Teman-teman hanya bisa mendengar teriakan kesakitannya Fikri. Karena posisi teman-teman saat itu membelakangi Fikri," katanya.

J menduga Fikri disiksa saat dirinya mengatakan siap melindungi peserta lainnya yang mendapatkan kekerasan dari panitia. "Fikri bilang siap melindungi teman-teman semua dari perlakuan para fendem (panitia/keamanan Ospek). Mungkin akibat pernyataan itu Fikri mengalami kekerasan yang berlebihan dari para fendem itu," kata J.

Menurutnya, kegiatan Ospek itu sudah mendapatkan izin dari pihak kampus ITN. Namun, pihak kampus tidak mengetahui Ospek itu jadi ajang kekerasan para senior.

"Para dosen memang memantau ke lokasi. Tapi hanya datang saat siang hari hingga sore hari. Malam harinya sudah tidak ada para dosen yang mengawasinya. Para mahasiswa baru tidak berani melaporkan kekerasan itu pada para dosen," katanya.


Sumber: http://regional.kompas.com/read/2013/12/10/1808196/kesaksian.mahasiswa.itn.atas.kekerasan.panitia.ospek.

Monday, 9 December 2013

Wakil Rektor ITN Malang Akui Ada Kekerasan Seksual saat Ospek

TRIBUNNEWS.COM – Pihak Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jawa Timur, mengakui bahwa dalam ospek yang diikuti mahasiswa baru (maba) telah terjadi kekerasan seksual. Hal itu terlihat dari beberapa foto yang beredar di media sosial dan pengakuan para saksi.
"Kalau dilihat dari foto-foto yang beredar di media sosial, dan pengakuan para saksi, memang ada kekerasan mengarah seksual saat ospek berlangsung. Tapi yang banyak tahu pihak jurusan, yang bersentuhan langsung dengan kegiatan itu," kata Wakil Rektor I Wayan Mundra ditemui wartawan seusai menemui para pedemo di depan pintu masuk ITN, Senin (9/12/2013).
Wakil Rektor ITN Malang Akui Ada Kekerasan Seksual saat Ospek
Wakil Rektor ITN Malang
Akui Ada Kekerasan Seksual
saat Ospek
Namun Wayan mengaku, pihaknya hingga kini masih belum melihat secara jelas semua foto yang beredar di media sosial. "Tapi, kita sudah menjatuhkan sanksi kepada puluhan mahasiswa yang jadi panitia ospek," katanya.
Sanksinya bermacam-macam, kata Wayan. Ada yang dikeluarkan, ada yang dihapus mata kuliah, atau harus mengulangi mata kuliah lagi. "Pihak jurusan yang lebih banyak tahu. Sekarang kami baru tahu lebih detail jenis kegiatannya," kilahnya.
Kegiatan seperti itu, katanya, ditangani langsung oleh pihak jurusan Planologi. Pihak jurusan yang bertanggung jawab. "Yang jelas, jika ada pemberian minum satu botol untuk 114 orang itu sangat tidak wajar," tegasnya.
Sebenarnya, ospek tersebut digelar setelah pasca-kehidupan kampus. "Tujuan utamanya ialah agar mahasiswa paham betul jurusan yang ditempuhnya. Tidak ada perpeloncoan dalam ospek. Kita tegas melarangnya," kata Wayan.
Pihak jurusan, ujar Wayan, sudah memberi izin soal lokasi ospek, yakni di Goa China, Sumbermajing Wetan, Kabupaten Malang, sementara rektorat yang mengikuti jurusan. "Tanda tangan izin lokasi ditandatangani oleh pihak jurusan dan dekan," ungkap Wayan.


Sumber: http://www.tribunnews.com/regional/2013/12/09/wakil-rektor-itn-malang-akui-ada-kekerasan-seksual-saat-ospek

Monday, 21 October 2013

Ratusan Mahasiswa Palu Terlibat Tawuran

REPUBLIKA.CO.ID,PALU==Ratusan mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) di Palu, Senin, terlibat tawuran dan melibatkan mahasiswa dari sejumlah fakultas.

Ratusan Mahasiswa Palu Terlibat Tawuran
Ratusan Mahasiswa Palu Terlibat Tawuran
Kadir, salah satu mahasiswa Universitas Tadulako Palu mengatakan tawuran tersebut merupakan lanjutan aksi serupa pada beberapa hari sebelumnya yang melibatkan mahasiswa dari fakultas hukum dan fakultas teknik.

Dia juga tidak bisa memastikan penyebab tawuran tersebut. Namun pada tawuran kali ini mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) turut terlibat dengan membantu salah satu fakultas.

Para mahasiswa yang terlibat tawuran itu mempersenjatai diri dengan batu dan balok kayu. Bahkan terlihat ada beberapa orang membawa senjata tajam.Mereka saling lempar batu dan dilaporkan ada sejumlah mahasiswa terluka karena terkena lemparan batu.

Puluhan petugas keamanan universitas negeri terbesar di Provinsi Sulawesi Tengah itu juga berusaha melerai peserta tawuran. Tawuran itu sendiri mengganggu aktivitas kampus karena banyak mahasiswa yang menonton dengan meninggalkan ruang kuliah.

Sementara itu beberapa mahasiwa juga menghindari lokasi tawuran yang berlangsung di halaman sekitar kampus. "Lebih baik saya menghindar daripada terkena lemparan batu," kata Kadir.

Beberapa jam sebelumnya petugas keamanan kampus melakukan razia kepada sejumlah mahasiswa guna mengantisipasi adanya senjata tajam yang dibawa di lingkungan universitas.

Hingga saat ini sejumlah petugas keamanan masih bersiaga di sekitar lokasi tawuran untuk menghindari kejadian susulan.

Wednesday, 4 September 2013

Maba Universitas Muslim Indonesia (UMI) Meninggal Saat Ospek

MAKASSAR, FAJAR -- Program Orientasi Studi Pengenalan Kampus (Ospek) di kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) menelan korban. Rabu, 4 September kemarin, salah seorang mahasiswa baru peserta ospek, Fajar Efendi (18) meninggal setelah terjatuh saat apel pagi.

Semula Fajar bergabung dengan rekan-rekannya saat apel pagi di halaman kampus UMI. Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik itu mengikuti rangkaian kegiatan penyambutan mahasiswa baru kemarin seperti maba lainnya meskipun agak telat.
"Saya lihat Fajar lari terburu-buru waktu kita semua sudah dalam barisan untuk apel pagi. Setelah sampai, Fajar berdiri terpisah dengan kami, namun tidak lama kemudian ia mengalami kejang-kejang dan terjatuh dengan kepala membentur lantai," jelas Indah, teman satu fakultas almarhum.
Karena terjatuh, almarhum menderita empat luka di bagian wajah dan satu luka di bagian pelipis sebelah kanan. Tulang pipi sebelah kanan serta ujung bibir sebelah kanan dan pada bibir bagian depan serta bagian pipi sebelah kanan juga mengalami memar. Luka tersebut diduga karena benturan yang dialami almarhum saat terjatuh.

Begitu terjatuh, almarhum langsung dievakuasi menuju Rumah Sakit Ibnu Sina. Namun nyawa almarhum sudah tidak tertolong lagi. Almarhum kemudian dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk dilakukan visum.

Berdasarkan hasil visum tim forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara almarhum dinyatakan meninggal karena menderita pembengkakan pada jantung. Kendati tim forensik sudah memberi keterangan terkait hasil visum, sebagian besar keluarga dari almarhum masih mempertanyakan hasil dari visum. Pasalnya, keluarga almarhum menduga jika terjadi tindak kekerasan pada almarhum melihat luka yang dideritanya.
"Meskipun orang tua almarhum sudah mengikhlaskan peristiwa ini dan sudah meminta agar tidak dilakukan otopsi, namun kami masih menyimpan kecurigaan jika Fajar mengalami tindak kekerasan di kampus," ujar Cahaya, sepupu almarhum.
Cahaya menambahkan, ada sedikit kejanggalan yang ditemukan pihak keluarga. Menurutnya, ada dua versi kronologi dari meninggalnya almarhum Fajar. "Versi pertama mengatakan saat salah satu senior dari almarhum menghubungi pihak keluarga dan mengatakan Fajar meninggal dalam ruangan yang sebelumnya duduk di kursi dan jatuh tersungkur. Sementara versi kedua mengatakan jika Fajar meninggal saat melakukan baris berbaris di halaman. Ini kan janggal apalagi jika dilihat dari luka yang terdapat pada wajah almarhum," ungkap Cahaya.

Menanggapai hal tersebut, Wakir Rektor III UMI, Prof  Achmad Ghani menjelaskan dalam peristiwa tersebut tidak ada sedikit pun unsur kekerasan. "Kami sudah memeriksa semua saksi yang ada dan tidak ada unsur kekerasan. Polisi juga telah memintai keterangan sejumlah saksi namun tidak menemukan ada unsur kekerasan pada almarhum," jelas Gani.

Asisten Wakil Rektor (WR III) UMI, Zakir Sabara H Wata,  menambahkan berdasarkan penjelasan dokter forensik RS Bayangkara, almarhum meninggal karena pembengkakan jantung. "Setelah dilakukan Rontgen (sinar x), ada pembengkakan jantung 65,3 persen," kata Zakir menjelaskan hasil pemeriksaan forensik.

Luka pada pelipis dan mulut almarhum, kata Zakir merupakan luka karena jatuh saat terjadi serangan jantung. Selain itu, kata dia, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. "Pemaparan dokter forensik tersebut disaksikan oleh enam orang pihak keluarga almarhum yang berdomisili di Makassar," ungkap Zakir.

Wakil Dekan III FT UMI, Mukti Maruddin MT menjelaskan Kronologis kejadian. Dia mengatakan, saat itu almarhum tiba di kampus sekitar pukul 07.15 wita. Bersama teman-teman kuliahnya dia bersiap masuk kelas. Sambil berjalan berbarengan di depan kantor fakultas teknik, almarhum terjatuh dan tersungkur.
"Setelah jatuh tersungkur, almarhum kejang-kejang. Dosen, mahasiswa dan karyawan yang melihat kejadian tersebut langsung melakukan pertolongan dengan membawa mahasiswa tersebut ke RS Ibnu Sina. Jaraknya hanya 100 meter dari gedung Fakultas Teknik namun jiwanya tidak tertolong," jelasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Kepolisian Sektor Kota (Kapolsekta) Panakkukang, Kompol Diari Astetika mengatakan peristiwa tersebut tidak dilanjutkan ke tingkat penyidikan.     "Peristiwa ini tidak dilanjutka ke tahap selanjutnya karena tidak ditemukan unsur kekerasan. Selain itu, pihak keluarga juga menolak untuk dilakukan otopsi pada jenazah almarhum. Untuk menilai ada tidaknya unsur kekerasan dalam peristiwa ini kan harus berdasarkan hasil otopsi. Kami menghargai keputusan dari orang tua almarhum," jelas Diari.

Almarhum Fajar diketahui merupakan mahasiswa asal Tual, Maluku Tenggara dan baru sekira dua bulan berdomisili di Makassar. Almarhum menghuni sebuah indekost di Jalan Pampang IV. Selama mengikuti orientasi kampus, almarhum meminta salah satu tantenya yang juga kuliah di UMI untuk tinggal bersamanya.

Riska, tante dari almarhum Fajar berujar, orang tua almarhum, Erhamni Banjar dan Misnawati telah mengikhlaskan kepergian anak sulungnya tersebut. "Mereka sudah mendapat kabar dan mengaku telah ikhlas menerima semuanya," jelas Riska.

Almarhum merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Erhamni Banjar dan Misnawati. Pimpinan UMI mengaku akan menanggung semua beban dan biaya untuk pengiriman jenazah almarhum ke daerah asalnya, Tual, Maluku Tenggara.  (m06-sam/pap)


Sumber: http://www.fajar.co.id/metromakassar/2920036_5662.html.

Wednesday, 7 August 2013

Mahasiswa UKI Tawuran dengan Satpam RSCM

REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto mengatakan, tawuran antara Satpam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat dengan oknum diduga mahasiswa, Rabu (6/8) dipicu masalah sepele.

Rikwanto mengatakan, sekitar pukul 18.30 WIB, Rabu (7/8), ada seorang lelaki dari keluarga pasien yang hendak menyeberang jalan di Zebra Cross dari arah pintu gerbang IGD RSCM menuju arah sekolahan BPK Penabur. ''Tapi orang tersebut terserempet motor,'' kata dia, Rabu (7/8).

Pengendara motor yang seorang lelaki bernama Nomensen (24 tahun), Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) Fakultas Hukum terlibat adu mulut dengan korban yang terserempet.
Rikwanto nelanjutkan, Nomensen (Si Penyerempet) kembali lagi sejam berikutnya dengan membawa lima temannya. ''Mereka bawa dua samurai, kampak, golok dan besi panjang,'' kata Rikwanto, (7/8).

Rikwanto mengatakan, mereka masuk melalui pintu utama IGD, untuk mencari orang yang terserempet tersebut yang diduga petugas parkir RSCM. Tapi aksi mereka dihalangi sekuriti rumah sakit.

Kemudian, merasa dihalangi, pelaku mengancam sambil mengacungkan senjata tajam kepada satpam. Dilanjutkan, salah satu pelaku memukul komandan sekuriti yanhg bertugas. ''Di sana keributan terjadi,'' kata Rikwanto.

Menurut Rikwanto, kelimanya sudah ditahan di Mapolres Metro Jaya. Dari kejadian ini pelaku menyita sejumlah senjata tajam dari pelaku yaitu, kampak, celurit, pipa besi, gir motor, stik golf, botol miras dan pisau dapur.

Tidak ada korban dengan luka serius dalam insiden ini. Sementara, kelimanya akan menjalani pemeriksaan urin. ''Kita juga akan periksa urin mereka,'' katanya.


Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/08/08/mr668y-kronologi-tawuran-mahasiswa-uki-dengan-satpam-rscm.