Wednesday, 4 September 2013

Maba Universitas Muslim Indonesia (UMI) Meninggal Saat Ospek

MAKASSAR, FAJAR -- Program Orientasi Studi Pengenalan Kampus (Ospek) di kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) menelan korban. Rabu, 4 September kemarin, salah seorang mahasiswa baru peserta ospek, Fajar Efendi (18) meninggal setelah terjatuh saat apel pagi.

Semula Fajar bergabung dengan rekan-rekannya saat apel pagi di halaman kampus UMI. Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik itu mengikuti rangkaian kegiatan penyambutan mahasiswa baru kemarin seperti maba lainnya meskipun agak telat.
"Saya lihat Fajar lari terburu-buru waktu kita semua sudah dalam barisan untuk apel pagi. Setelah sampai, Fajar berdiri terpisah dengan kami, namun tidak lama kemudian ia mengalami kejang-kejang dan terjatuh dengan kepala membentur lantai," jelas Indah, teman satu fakultas almarhum.
Karena terjatuh, almarhum menderita empat luka di bagian wajah dan satu luka di bagian pelipis sebelah kanan. Tulang pipi sebelah kanan serta ujung bibir sebelah kanan dan pada bibir bagian depan serta bagian pipi sebelah kanan juga mengalami memar. Luka tersebut diduga karena benturan yang dialami almarhum saat terjatuh.

Begitu terjatuh, almarhum langsung dievakuasi menuju Rumah Sakit Ibnu Sina. Namun nyawa almarhum sudah tidak tertolong lagi. Almarhum kemudian dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk dilakukan visum.

Berdasarkan hasil visum tim forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara almarhum dinyatakan meninggal karena menderita pembengkakan pada jantung. Kendati tim forensik sudah memberi keterangan terkait hasil visum, sebagian besar keluarga dari almarhum masih mempertanyakan hasil dari visum. Pasalnya, keluarga almarhum menduga jika terjadi tindak kekerasan pada almarhum melihat luka yang dideritanya.
"Meskipun orang tua almarhum sudah mengikhlaskan peristiwa ini dan sudah meminta agar tidak dilakukan otopsi, namun kami masih menyimpan kecurigaan jika Fajar mengalami tindak kekerasan di kampus," ujar Cahaya, sepupu almarhum.
Cahaya menambahkan, ada sedikit kejanggalan yang ditemukan pihak keluarga. Menurutnya, ada dua versi kronologi dari meninggalnya almarhum Fajar. "Versi pertama mengatakan saat salah satu senior dari almarhum menghubungi pihak keluarga dan mengatakan Fajar meninggal dalam ruangan yang sebelumnya duduk di kursi dan jatuh tersungkur. Sementara versi kedua mengatakan jika Fajar meninggal saat melakukan baris berbaris di halaman. Ini kan janggal apalagi jika dilihat dari luka yang terdapat pada wajah almarhum," ungkap Cahaya.

Menanggapai hal tersebut, Wakir Rektor III UMI, Prof  Achmad Ghani menjelaskan dalam peristiwa tersebut tidak ada sedikit pun unsur kekerasan. "Kami sudah memeriksa semua saksi yang ada dan tidak ada unsur kekerasan. Polisi juga telah memintai keterangan sejumlah saksi namun tidak menemukan ada unsur kekerasan pada almarhum," jelas Gani.

Asisten Wakil Rektor (WR III) UMI, Zakir Sabara H Wata,  menambahkan berdasarkan penjelasan dokter forensik RS Bayangkara, almarhum meninggal karena pembengkakan jantung. "Setelah dilakukan Rontgen (sinar x), ada pembengkakan jantung 65,3 persen," kata Zakir menjelaskan hasil pemeriksaan forensik.

Luka pada pelipis dan mulut almarhum, kata Zakir merupakan luka karena jatuh saat terjadi serangan jantung. Selain itu, kata dia, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. "Pemaparan dokter forensik tersebut disaksikan oleh enam orang pihak keluarga almarhum yang berdomisili di Makassar," ungkap Zakir.

Wakil Dekan III FT UMI, Mukti Maruddin MT menjelaskan Kronologis kejadian. Dia mengatakan, saat itu almarhum tiba di kampus sekitar pukul 07.15 wita. Bersama teman-teman kuliahnya dia bersiap masuk kelas. Sambil berjalan berbarengan di depan kantor fakultas teknik, almarhum terjatuh dan tersungkur.
"Setelah jatuh tersungkur, almarhum kejang-kejang. Dosen, mahasiswa dan karyawan yang melihat kejadian tersebut langsung melakukan pertolongan dengan membawa mahasiswa tersebut ke RS Ibnu Sina. Jaraknya hanya 100 meter dari gedung Fakultas Teknik namun jiwanya tidak tertolong," jelasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Kepolisian Sektor Kota (Kapolsekta) Panakkukang, Kompol Diari Astetika mengatakan peristiwa tersebut tidak dilanjutkan ke tingkat penyidikan.     "Peristiwa ini tidak dilanjutka ke tahap selanjutnya karena tidak ditemukan unsur kekerasan. Selain itu, pihak keluarga juga menolak untuk dilakukan otopsi pada jenazah almarhum. Untuk menilai ada tidaknya unsur kekerasan dalam peristiwa ini kan harus berdasarkan hasil otopsi. Kami menghargai keputusan dari orang tua almarhum," jelas Diari.

Almarhum Fajar diketahui merupakan mahasiswa asal Tual, Maluku Tenggara dan baru sekira dua bulan berdomisili di Makassar. Almarhum menghuni sebuah indekost di Jalan Pampang IV. Selama mengikuti orientasi kampus, almarhum meminta salah satu tantenya yang juga kuliah di UMI untuk tinggal bersamanya.

Riska, tante dari almarhum Fajar berujar, orang tua almarhum, Erhamni Banjar dan Misnawati telah mengikhlaskan kepergian anak sulungnya tersebut. "Mereka sudah mendapat kabar dan mengaku telah ikhlas menerima semuanya," jelas Riska.

Almarhum merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Erhamni Banjar dan Misnawati. Pimpinan UMI mengaku akan menanggung semua beban dan biaya untuk pengiriman jenazah almarhum ke daerah asalnya, Tual, Maluku Tenggara.  (m06-sam/pap)


Sumber: http://www.fajar.co.id/metromakassar/2920036_5662.html.

No comments:

Post a Comment